PBY-5A Catalina : Legenda Pesawat Intai Amfibi

100_1918

Catalina TNI-AU dengan logo skadron 5

Meski secara kuantitas perangkat tempur Indonesia serba terbatas, masih ada yang bisa dibanggakan dari koleksi arsenal tempur TNI-AU kita. Pasalnya TNI-AU pernah menjadi operator pesawat intai ampfibi terpopuler sepanjang masa, yakni PBY-5A Catalina. PBY-5A Catalina adalah pesawat amfibi dengan dua mesin baling-baling buatan Pratt & Whitney. Menilik dari sejarahnya, Catalina pertama kali diluncurkan pada bulan Maret 1935, dan terus diproduksi hingga tahun 1940-an oleh perusahaan Consolidated Aircraft dan American Aircraft Manufactures.

Catalina dari sisi samping kanan

Catalina dari sisi samping kanan

PB sendiri diartikan sebagai Patrol Bomber, tak lain karena Catalina  mampu menggotong ranjau laut, aneka bom, torpedo dan senapan mesin kaliber 50 milimeter. Kiprah Catalina demikian dominan pada era Perang Dunia II. Dengan ruang kokpit dan jendela yang serba luas, Catalina menjadi pesawat intai favorit banyak negara, termasuk juga kemudian digunakan Indonesia pada periode tahun 1950-an. Dengan kemampuan amfibi, Catalina juga banyak berjasa untuk misi SAR (search and rescue) tempur di laut lepas. Pun hingga saat ini Catalina masih digunakan secara terbatas di beberapa negara untuk keperluan pemadam kebakaran hutan.

Catalina kini menjadi etalase Museum Dirgantara Yogyakarta

Catalina kini menjadi etalase Museum Dirgantara Yogyakarta

PBY-5A Catalina masuk ke lingkungan TNI-AU sebagai buah dari realisasi konfrensi Meja Bundar tahun 1949. Dari hasil konfrensi tersebut, Indonesia mendapat limpahan beberapa perangkat militer tempur dari Belanda, diantaranya adalah delapan unit Catalina bekas pakai Angkatan Udara Hindia Belanda. Catalina resmi masuk jajaran TNI-AU di skadron 5 Pengintai Laut pada tahun 1950. Awalnya skadron 5 berkedududkan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Dan setahun kemudian pindah ke Lanud Abdul Rahman Saleh Malang. Kini skadron 5 telah memiliki home base di Lanud Hasanuddin sejak tahun 1982. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Catalina milik Angkatan Udara Belanda

Catalina milik Angkatan Udara Belanda

Spesifikasi PBY-5A Catalina
Crew
Normal Crew of Seven to Nine

Engines
Two Pratt & Whitney R-1830-92 Engines
Twin-row 14 cylinder Air-cooled Radials
1,200 hp @ 2,700 rpm

Armament
Five .50 calibre Machine Guns
Four 325 lb (147Kg) Depth-charges or
Two Mark XIII Torpedoes or
Four 500 (227)  or 1,000 lb (454 Kg) Bombs

Speed
Max. Speed 178 mph (286 kph) @ 7,000 feet (2134 m)
Cruise Speed 113 mph (182 kph)

Dimensions
Length 63′ 6″ (19.35 m)
Height 22′ 6″  (6.85 m)
Wing Span 104′ (31.69 m)

Weight
Max. Weight 34,450 lbs (15,626 Kg)
Empty Weight 21,000 lbs (9525 Kg)

Fuel
Max. Fuel 1,750 US gallons (6624 Lt)

Range
Maximum Range 2,535 miles (4079 Km)

15 responses to “PBY-5A Catalina : Legenda Pesawat Intai Amfibi

  1. bagus mas… situsnya informatif banget…. good

    Suka

  2. Pibiyanto Soemadji

    Bagus sekali, informatif sekali … sekedar informasi, almarhum ayah saya (Alm Marsma TNI H. Soemadji)adalah salah satu penerbang PBY-5A dan pernah menjadi Komandan Skuadron-5 di Malang… ketika saya lahir (1955), nama pesawat ini diabadikan menjadi nama saya PBY = Pibiyanto … hehehe …

    Suka

    • Terima kasih pak atas tanggapannya, senang sekali artikel ini ditanggapi oleh seseorang yang terkait dengan pesawat tersebut 🙂

      Suka

      • Wah kejadian pak Pibiyanto tersebut juga terjadi di keluarga saya, ayah saya seorang penerbang UF-2 Albatross Skadron Udara 5 yang berkedudukan di Lanud Abd Saleh Malang. Pada saat adik saya lahir tahun 1978, ayah saya saat itu menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 5, dan adik saya dinamai Albi, diambil dari nama Albatross

        Suka

  3. Saya ingat masa kecil saya di Lanud Abdul Rahman Saleh dulu .. dulu kalau mau ke Jakarta, tinggal lihat jadwal penerbangan dan kita bisa ikut serta, selama penerbangan, Alm ayah selalu mendudukan saya dipangkuannya di cockpit .. hehehe .. wah, cita-cita saya menjadi pilot kemudian kandas, setelah diketahui kemudian bahwa ternyata saya buta warna sebagian … hahaha … ya udahlah, jadi pengamat penerbangan aja deh … anak saya 4 orang laki semua .. juga ga ada yang nyangkut ikuti jejak kakeknya … kesempatan masih ada di cucu saya sekarang kelihatannya ter-gila-gila dengan pesawat .. hehehe … insyaAllah deh semoga ada yang teruskan ..

    Suka

  4. Mohon maaf, kalau Mas Haryo Adjie Nogo Seno sendiri latar belakangnya memang dari TNI-AU atau Pengamat atau hobby dengan kedirgantaraan ? Data-datanya cukup akurat juga ya ? Didapat dari mana ? Saya sedang mengumpulkan data-data tentang karir ayah. Sebagian besar foto & arsip sudah banyak yang hilang karena kami dulu sering ber-pindah2, maklum tugas ayah sebagai anggota TNI-AU. Apakah di Museum Dirgantara ada data yang bisa didapat ? Kelihatannya saya harus ke Jogya ya ? … Maklum setelah lebih dari 30 tahun bekerja didunia Perbankan, waktu saya sekarang agak longgar dan ingin flash-back kehidupan saya yang dulu … sekedar napak tilas atau nostalgia gitu .. hehehe .. thanks, pby

    Suka

    • Kalau saya cuma penggemar dunia dirgantara saja mas. Untuk data saya surfing di beberapa situs dan dari koleksi majalah Angkasa… Alhamdulilah bila artikel ini bisa membuat mas senang 🙂

      Suka

  5. Salam untuk semua terutama mas Pibiyanto,
    Saya awam yang tergila-gila PBY catalina, saya punya mimpi seandainya PBY koleksi AU tsb bisa di restorasi hingga layak terbang lagi, saya bersedia turut memikirkan pembiayaanya, dengan terbukanya dunia lewat internet maka hal restorasi tsb bukan suatu hal yang sulit, semoga jadi bahan pemikiran semua, terima kasih.

    Suka

  6. maap dengan segala hormat bentuk struktur pesawat pengintai masih sangat primitif dan masih sangat mudah terdeteksi baik radar ataupun pesawat penjaga…ketingian pesawat macam ini tidak bisa maksimal padahal semakin tinggi pemindai akan lebih leluasa untuk mengamati area coba lihat design kami falcon 303 spesial spy tanpa awak

    Suka

  7. he he he mas pamungkas,maksudnya direstorasi buat kenangan sekali2 diterbangkan terutama acara seremonial,bukan operasional.kalo operasional harus yg ada awaknya karena keputusan eksekusi harus seketika saat sasaran terlihat.ini berarti pesawat hrs bisa search and destroy,bukan sekedar mata2 tak berawak yg mudah dijamming lawan

    Suka

  8. Wah jadi curcol nih hehehehe hayo di lanjut seneng liat nya

    Suka

  9. sugianto harisantoso

    PT DI harus mengembangkan lebih bagus, modern yaitu PBY-5ACatalina dan dpt digunakan sbg angkutan antar pulau atau pesawat intai yg modern. Saya percaya akan permintaan sangat banyak, karena kepulauan kita sangat banyak dan sangat stategis bila pesawat tersebut dikembangkan. Bravo…Jayalah. NKRI RAYA

    Suka

  10. CN 235 MPA tidak dimasukkan bung admin??walaupun cuma AU saja yang memakai, tetapi negara lain : pakistan, Korsel, Brunai, Malaysia sudah memakainya untuk MP(maritime Patrol) sedangkan AL indonesia baru memesan 4 buah, sekalian mau tanya, apakah masih relevan menggunakan pesawat turboproop atau Jet sebagai arsenal AKS ?? karena sebagai AKS pasti tugasnya menemukan dan menghancurkannya.

    Suka

  11. hehehe …. ternyata “nyambung” juga komentar yang saya posting di bulan Mei 2010 (hampir 4 tahun yang lalu) … setelah mem”posting” komentar tsb, saya sudah melupakan “web” ini … dan baru malam ini saya ada kesempatan iseng membuka kembali, ehh, ada juga yang saling memberi komentar … alhamdulillah, bulan Desember 2013 yang lalu saya akhirnya berkesempatan untuk mengunjungi Museum Dirgantara di Jogyakarta dan melihat langsung pesawat tersebut di”parkir” didepan kantin dan toilet umum … dan kondisinya memprihatinkan, diantaranya terlihat kaca kokpit sebelah kiri pecah … agak terharu, mengingatkan akan Alm ayah saya dulu yang menerbangkan pesawat ini sampai beliau mengabadikan nama pesawat tersebut menjadi nama saya “Pibiyanto” … karena saat itu turun hujan, sehingga tempat pesawat tersebut menjadi tempat berteduh para pengunjung museum yang sudah selesai dan kelihatannya menunggu bus rombongan untuk pulang diantaranya anak-2 sekolah … saya berusaha untuk berfoto didepannya, setelah dengan sopan dan susah payah untuk minta ijin kepada pengunjung sekitar, akhirnya alhamdulillah saya bisa berfoto … hehehe ,,,

    Suka

Tinggalkan komentar